Chat

Selasa, 20 Desember 2011

manajemen kualitas total

Total Quality Management (TQM) Ringkasan

Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Menyeluruh adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari berbagai praktek manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas. Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya "perubahan paradigma" adalah menajamnya persaingan, ketidak-puasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun akar TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini penggunaannya telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah maupun lembaga nirlaba.

TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Pendekatan ini berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait dan memastikan bahwa pengalaman dan ide-ide mereka memiliki sumbangan dalam pengembangan mutu. Ada beberapa prinsip-prinsip fundamental yang mendasari pendekatan semacam itu, seperti mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu; - dimana terdapat komunikasi terbuka dan rasa kepemilikan pegawai - sistem penghargaan dan pengakuan; pelatihan dn pendidikan terus menerus, dan pemberdayaan pegawai.

Di Indonesia, TQM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an dan sekarang cukup populer di sektor swasta khususnya dengan adanya program ISO 9000. Banyak perusahaan terkemuka dan perusahaan milik negara telah mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik di tingkat nasional mupun internasional. Tetapi TQM kurang begitu dikenal di sektor publik. Namun kini keadaan sudah berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor swasta untuk beradaptasi dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap cara pemerintah menyediakan pelayanan.

Indonesia kini berada dalam periode transisi, dari gaya pemerintahan otoriter yang sangat sentralistik menuju ke gaya pemerintahan bottom-up yang desentralistik, dimana pemerintah daerah berada dalam proses menerima otonomi daerah. Masa transisi ini berlangsung dalam masa krisis ekonomi dan restrukturasi yang memaksa pemerintah untuk mengeksplorasi model-model pengadaan pelayanan alternatif. Sebenarnya, UU No. 22 1999 (mencakup kepemerintahan daerah) memiliki potensi untuk mentransformasi cara pemberian pelayanan oleh pemerintah secara dramatis. UU ini bertujuan untuk memberdayakan pemerintah daerah, menguatkan masyarakat lokal dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam konteks inilah terdapat peluang yang berharga untuk memperkenalkan dan melaksanakan TQM.

Dalam pengalaman DELIVERI di sektor peternakan, TQM telah memainkan peran penting dalam merubah perilaku dari tingkat petani hingga tingkat manajemen senior. Evaluasi terhadap pelaksanaan TQM mengidentifikasi peningkatan tingkat kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan pada program inseminasi buatan di Kabupaten Bulukumba dan Barru. Di Minahasa, Juru Kesehatan Hewan Masyarakat memenuhi kebutuhan para petani terhadap perawatan kesehatan hewan dengan biaya terjangkau.

Namun demikian, penerapan TQM adalah suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena budaya suatu organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja, kepemimpinan, predisposisi pegawai dan praktek-praktek manajemen berpotensi untuk menjadi penghambat perubahan. Terkadang kekuasaan paling penting di sektor publik tidak ditemukan dalam organisasi, tetapi lebih sering terdapat pada sistem yang lebih besar. Sebagai contoh, sistem pendidikan, personalia, peraturan dan anggaran berada di luar kekuasaan organisasi sektor publik.

Selain hambatan-hambatan yang berada di luar ruang lingkup sebuah organisasi, terdapat kendala lain yang khas di setiap organisasi, seperti kurangnya akuntabilitas terhadap pelanggan, tidak jelasnya visi dan misi, penolakan terhadap perubahan dan lemahnya komitmen di kalangan manajer senior untuk menerapkan TQM.

Potensi keberhasilan TQM sudah nampak dan dampaknya pun bisa diperlihatkan, sekarang yang dibutuhkan adalah keputusan untuk melaksanakan TQM. Hal ini mestinya menjadi bagian dari suatu strategi untuk meningkatkan komitmen lembaga- lembaga publik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

sumber:http://www.blogerch.com/2007/04/total-quality-management-tqm-ringkasan.html

peranan manajer

Hasil survey yang dilakukan oleh personnel Today’s menunjukan bahwa 80.2% dari 121 organisasi yang yang berpartisipasi dalam survey menyatakan bahwa organisasi saat ini mulai mendelegasikan tanggung jawab di bidang HR, diantaranya menangani keluhan karyawan, masalah pengelolaan disiplin karyawan kapada para manajer lini. Hal ini dimungkinkan pada perkembangan selanjutnya peran menajer lini akan lebih banyak lagi terkait dengan tanggung jawabnya di bidang HR, lantas apakah peranan departemen HR ? Apakah divisi HR kemudian tidak diperlukan lagi ? tentu saja tidak demikian Karena pada kenyataannya masalah HR bukan semata – mata hanya masalah terkait HR saja, akan tetap tetapi terkait masalah hidup matinya suatu organisasi. Peranan manajer lini sesungguhnya lebih efektif dalam menjalankan manajemen HR sehari – hari, hal ini dilandasi oleh peran manajer lini yang lebih dominan dalam hal interaksi dengan karyawan. Selanjutnya hal ini kemudian menjadi dasar mengapa beberapa organisasi menganggap bahwa pengalihan peran manajer lini sangat penting dalam hal pengelolaan dan pengembangan SDM. Divisi HR sendiri lebih berperan dalam membuat kebijakan – kebijakan SDM yang harus dijalankan di sebuah Organisasi.
Efektifitas peran manajer lini dalam hal pengelolaan SDM tentunya tergantung pada kemampuan para manajer tersebut terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya di bidang HR. Untuk menambah pemahaman dalam hal peranan barunya tentunya diperlukan pembekalan terkait dengan skill dan pengetahuan para manajer, beberapa metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pelatihan terkait dengan pemahaman kebijakan dan regulasi perusahaan terkait dengan masalah – masalah HR. Selain itu juga dapat dilakukan dengan pemberian tugas dan tanggung jawab dari manajemen terkait dengan program pengembangan SDM di area kerja terkait. Sebagai contoh, berikut beberapa kompetensi umum yang diperlukan oleh manajer lini dalam hal pengelolaan SDM, HR Development Competencies ( Organizing HR, Training Needs, Building Effective Teamwork, Labor Law and Personnel Management, Ethical Management Behaviour dan lain – lain ), General Management Competencies (Negotiation Skill, Client Relations dan lain – lain) dan Advanced management competencies ( HR planning and management, leadership dan lain - lain ).
Penambahan peran manajer lini terkait dengan pengelolaan SDM memegang peranan penting dalam sebuah organisasi terutama terkait efektifitasi dari penerapan inisiatif dan program HR yang sedang dan akan dijalankan. Perlu disadari bahwa proses – proses perubahan terkait dengan pencapaian target dan tujuan organisasi tergantung pada manajer lini dan SDM yang menjalankannya, sehingga diperlukan strategi dalam pengelolaan yang tepat. Penambahan fungsi manajer lini dalam pengelolaan SDM diharapkan dapat memberikan sinergi dan kontribusi lebih, demi kelangsungan sebuah organisasi. Sebagai bagian dari divisi HR mari kita mencoba memberikan pemahaman pentingnya peranan manajer lini di perusahaan kita dalam hal pengelolaan SDM..dimulai dari hal yang kecil dan diri kita sendiri..selamat mencoba ..salam pembelajar Learn, Action and Success ( TY)
Reference : Majalah HC Edisi Mei 2008


sumber:http://teguhinside.blogspot.com/2008/09/peran-manajer-lini-dalam-pengembangan.html

Fungsi Manajemen Umum

Seiring berkembangnya teknologi yang semakin pesat, persaingan bisnis pun semakin ketat. Banyak para pelaku bisnis yang tersingkirkan dari usaha – usaha yang telah digelutinya sekian lama. Banyak sekali ragam penyebab terjadinya persaingan tersebut. Mulai dari manajemennya yang kurang baik, teknologi yang kurang inovatif, sumber daya manusia yang kurang bermutu dan lain sebagainya yang kurang memadai dalam menunjang kemajuan bisnis. Hal ini membuat para pelaku bisnis berfikir dua kali untuk mencari peluang usaha baru, yang bisa diandalkan. Dari kejadian tersebut banyak sekali yang harus dipertimbangkan dalam memulai sebuah usaha baru. Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam memulai sebuah usaha adalah pengelolaan usaha dari segi keuangannya, produksi, pemasaran, dan sumber daya manusianya. Kemudian setelah itu penerapan konsep manajemen usaha tersebut. Karena fungsi dari manajemen itu sendiri membuat para pengusaha dapat mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi pembantunya. Sehingga usaha yang sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apapun usaha baru yang akan dibuat, dalam penerapannya ketika dikelola dengan sebuah konsep manjemen yang baik maka hasilnya pun akan mempunyai arah dan tujuan. Sebab konsep manajemen itu sendiri sangat fleksibel, karena dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Maka dari itu penulis mencoba untuk memberikan sebuah contoh sederhana, penerapan ilmu manajemen dalam sebuah tindakan nyata. Walaupun banyak sekali usaha – usaha yang sedang gencar – gencarnya digeluti oleh para pelaku bisnis, mulai usaha kecil – kecilan sampai usaha dengan modal yang sangat besar. Maka penulis mengambil contoh penerapan manajemen dalam memulai sebuah usaha fotocopy. Karena penulis melihat usaha fotocopy akhir – akhir ini mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari jumlahnya yang bertambah sampai ragam usahanya yang dikembangkan menjadi TOSERBA (Toko serba ada) yang penggunaan mesin fotocopy disana hanya sebagai pelengkap saja.
sumber : many search for google

Senin, 19 Desember 2011

DEFINISI MANAJEMEN UMUM

Definisi Manajemen Umum

Pengertian Manajemen (Definition of Management)
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :

1.Manajemen sebagai suatu proses,
2.Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
3.Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)

Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.

Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.

Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.

Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.<1>

Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.

Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[3]

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

A. Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.

Tingkatan Manajemen (Manajemen Level).

Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan :

1.Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.
2.Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.[8]
3.Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi

SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/manajemen umum